Selasa, 11 Oktober 2011

MEMBEKU


Entah untuk yang keberapakali kupandangi dial penandamu di blacberry kesayanganku, selalu saja kutakyakin rindu yang kukirim lewat udara dan zikir-zikir beresonansi dapat menggapaimu. karenanya aku tak memiliki keberaniaan memanggilmu lewat digit-digit ini. Sudah tiga pekan lebih, dan aku menemukan diriku tak juga beranjak meski punggungmu tak nampak lagi. Bahkan hujan yang datang dengan gemuruh petir dan guruh tak juga membuat kakiku beranjak, meski tak kusiapkan payung atawa jas hujan untuk sekedar melindungiku dari gigil yang kian merayap mendekati sumsum tulangku dan kurasakan perlahan-lahan diriku menghilang.

Diakhir kemarau yang gerah pada saat angin dari pasifik mengantar hujan musin barat, kau datang lebih awal dengan menggegam guntur..

“Aku tak menemukan lagi rasa itu” katamu dengan bola mata coklat yang berpijar seperti orion langit timur.

“Pastikan sekali lagi, kail lebih dalam dan hanya setitik yang kubutuhkan” ujarku memelas, menerawang langit yang kian kelam.

“maafkan atas segalanya, sudah musnah di santap perih” tegasmu, kulihat ada pedang saladin di tancap di depanku.. dan kesunyian yang mematikan merayap menelan semesta..

Lalu kita coba lalui waktu dengan keyakinan bahwa cinta adalah rasa yang datang dan pergi, bukankah sepanjang hidup kita telah jatuh dan bangkit untuk cinta pada beberapa orang yang bersisihan dengan kita. Engkau telah melalui ini dengan baik, pergi tak berjejak walau kadang datang ditengah rinduku yang membiru. Pun tak berani kutafsirkan sebagai hadirmu sebab terkadang kau datang sebagai bayangan kata sobat yang memburu cintamu.

sementara aku mematung mencoba mencabut setiap kenangan yang hadir dengan pedih. Kucoba semua yang dapat kulakukan agar semuanya berlalu dengan beku tapi bahkan abjad di laptopku pun membangkitkan semua lagam yang pernah kita lalui. Semuanya l bermetamorfosis menjadi dirimu menjadi kenangan tentanmu.

Pada segment ini engkau telah menjadi guruku yang terbaik. Untuk menemukan pasangan jiwamu engkau akan mengalami kegagalan, kepedihan, dan kehilangan arah. Tapi teruslah mencoba suatu saat dia akan hadir dengan cinta Kata coelho. Tapi entahlah, rasaya tak semudah petuah dan syair-syair indah karena aku terus menemukan diriku membeku diselimuti rantai kenangan dan cinta. tak terlalu lihai memang aku menjaga rasa yang datang diantara kita.

Ini yang pertama dalam hidup aku mengenal gadis dengan cinta yang besar dan egoku yang lebih tinggi dari pucuk mahameru memang memangsa setiap laku yang mungkin wajar dilakukan para pecinta. Kata wali yang tersisa mungkin hanya doa agar engkau menjadi bidadariku di surga dan tuhan selalu menjagamu untuk tetap bahagia.

Senin, 13 Juni 2011

SOURCE CODE, LIMITLESS, PRINCE OF PERSIA DAN KOTAK PANDORA EINSTEIN (1)


ini pagi yang sungguh aku ingin melipat waktu,sebab makin gerah aku dengan teka-teki. Kata enstein, mungkin masa lalu, masa kini dan yang akan depan, datang berhimpitan. Dan dengan kata lain segala sesuatu di dalam alam semesta masa lalu, masa kini dan masa datang tersambung dengan segala sesuatu lainnya, dalam sebuah jejaring radiasi elektromagnetik yang melihat segala sesuatu pada saat yang bersamaan.

Ini rumit, tapi bukan tidak mungkin untuk memahaminya. Keimanan telah mengantarkan kita beberapa kisah, naiknya Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh dalam peristiwa isra miraz, Nabi Uzair AS yang dilahirkan kembali setelah kematiannya dan Nabi Isa AS yang diangkat kelangit. Atau kisah-kisah kontemporer seperti david copervil yang menembus tembok cina dan memindahkan patung liberty. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ? dan bagaimana memahaminya ?.

Memahaminya adalah dengan Kalau kita sedang naik motor dengan kecepatan 70 km/jam dan motor yang searah dengan kita berjalan dengan kecepatan 80 km/jam, maka kita akan mengamatinya dengan kecepatan 10 km/jam. Dan klo kita brgerak dengan kecepatan yang sama (70 km/jam) maka kecepatan motor yang diamati adalah nol atau tidak bergerak. Kalau kita akan pindahkan pada kecepatan cahaya, kalau kita mampu bergerak pada kecepatan cahaya 299,792 km/detik maka waktu akan berhenti sama sekali dalam hal ini cahaya sama dengan waktu. Dan apa yang akan terjadi, kita akan menyaksikan takdir dari jagat raya _itu sebabnya tak satupun mahluk yang dapat bergerak sama dengan kecepatan cahaya_.

Lalu apakah yang menjelaskan peristiwa isra miraj, kematian nabi Uzair dan diangkatnya nabi Isa. sebuah perjalan dengan menggunakan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya sehingga memperkecil waktu dan memperpendek ruang. Jawabanya mungkin ya.

Dengan bergerak mendekati kecepatan cahaya maka, pertama terjadi Kontraksi. Seseorang yang melihat kita, akan melihat kita mengecil. Dan kemudian menghilang dari pengamatan indra. Einstein yang menerangkan bahwa ketika sebuah benda bertambah kecepatan nya, mendekati kecepatan cahaya, panjang fisiknya berkurang, dan massanya bertambah. Kedua Melambatnya Waktu atau dilasi (dilation),an lagi, ini terjadi pada semua orang Artinya semua orang yang melihat kita akan melihat bahwa waktu akan berjalan lebih lambat untuk kita: arloji kita berjalan lebih lambat, umur kita melambat, detak jantung kita melambat, dst. Tapi kita juga melihat hal yang sama, umur orang-orang itu melambat.

Lebih lanjut mari kita nonton dulu film, source code, limitless, dan prince of persia. Bagaimana waktu dilipat ? dan bagaimana cara kita melipatnya ?

Senin, 30 Mei 2011

Menari dengan Izrael


apa kabar izrael yang tanpa maaf dan tak tahu tersenyum

apa yang engkau bawa, kali ini selain senandung kematian dan pedang angkara

mari kita berbincang sebelum tugas dilaksanakan

mungkin sebatang rokok kretek dan segelas kopi luwak bisa menenangkan

diantara desah dan lenguh nafas terakhir

kesinilah disampingku,

akan kuajarkan engkau cara tersenyum yang manis

agar tak gentar aku menghadapimu

atau mari kita hiasi pedangmu dengan lukisan gadis yang paling cantik

agar ketika kau tebaskan ada rindu yang terbawa

atau mari kuberi engkau satu syair, yang kau lirihkan di tugas-tugasmu

agar aku bisa menari bersamamu dengan nyayian

dan subuh ini telah ku hirup embun yang datang bersamamu

kulihat engkau tersenyum, lalu kita menari bersama, dan di pedangmu ada dia yang kurindukan

aku tak gentar, sebab seperti ini adalah awal yang baik

Minggu, 08 Mei 2011

Hadiah Jam Tangan Casio


Kalau kamu diberi seseorang sebuah hadiah jam tangan casio, maka kamu akan lebih mencintai yang mana ? jam tangan casionya ataukah orang yang memberikan hadiahnya ?. Sebuah pertanyaan yang masuk di blackberry massage saya disuatu pagi yang gerimis. Apa arti pertanyaan ini ? dan bagaimana kita mengisinya dengan makna ?. Jawabanya mungkin ada pada kita masing-masing, hasil dari kontemplasi yang intens dan pengalaman bergaram-asam yang berdialog dalam diri kita.

Sejak lahir , kita telah di jejali cerita dari mimbar-mimbar khotbah, dari hikayat pengantar tidur atau petuah para guru, bahwa hidup ini hadiah dari sesuatu yang melebihi imaji. Apapun itu, Mulai dari yang kasat mata benda-benda berwujud, raga , jiwa, ruang dan waktu bahkan setiap yang berdesir dalam hati_termasuk rindu dan cinta_ kita bukan milik seutuhnya, dia adalah titipan dari yang mencipta kehidupan. Bagaimana batasnya dan sampai dimana ruang kemerdekaan kita dalam memilih adalah debat purba yang terus mengisi ruang qalam, filsafat dan ilmu pengetahuan. bagi saya tak penting mungkin kita memperpanjang dan mepersoalkan debat ini, yang pasti, kita harus memilih mana yang harus diyakini agar kita bisa menjawab pertanyaan jam casio dengan yakin.

Begini cara saya menjawab pertanyaan itu. Saya mencintaimu tapi bukankah saya juga harus membagi cintaku pada yang telah menitipkan cinta ini _sebagai hadiah_ dalam hati saya. Ini mungkin rumit karena mestinya dia berada pada maqam yang berbeda. Atau dalam kata mungkin kita bisa memilahnya, cintaku padamu dengan “huruf (c) kecil” dan cintaku padaNya dengan “huruf ( C) besar”. Merawat cintaku padamu adalah manifestasi dari cintaku padaNya. Sebab mungkin sang pemberi hadiah akan marah jika jam tangan casio itu berkarat tak terawat, tapi saya tahu dia akan lebih murka kalau perhatianku pada jam tangan itu melebihi sayangku pada pemberinya. Dan dia akan gembira kalau pada saat saya bertemu dengannya sembari memakai jam tangan casio. So Come fly with me toward the god.

Minggu, 01 Mei 2011

Yang terhempas dan putus



Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

Sungguh beruntung meraka yang mati muda kata soe hok gie. Kita tahu bahwa selalu ada yang lebih agung dari kematian, karena hidup didunia bukan yang sebenarnya hidup kata syekh sitti jenar. dunia ini adalah kematian kita, maka untuk itu kita perlu menjemput hidup yang abadi. Lalu chairil anwar melihat kelam hidup dan setiap saat adalah waktu untuk berbenah karena setiap saat engkau bisa datang. Sebab setiap cerita dan peristiwa berlalu beku.

Mungkin chairil mampu melihat hidup dengan jernih, persenyawaan antara kontemplasi yang sempurna dan pengalaman yang mengahru biru dibadai revolusi telah memberikan makna akan setiap peristiwa, hingga menjelang kematianya_ 28 april 1949_ tiga hari sebelumnya ia menulis puisi yang terhempas dan putus sebagi isyarat kepergian dan menentukan karet sebagai daerahnya yang terkhir.

Mengenang charil anwar

Jumat, 22 April 2011

JEMPUT BAHAGIAMU


Seharusnya kita mengapreseasi kematian sebagaimana kehidupan, bukankah dia adalah dua sisi yang tak terpisah. Kita tak akan menemukan koin tanpa dua sisi.

(pengantar Buku buterfly greenxenos yang terbit tanpa pernah dilihat oleh penulisnya)

Hari ini saya tidak bercerita tentang kematian, karena hari ini tepatnya 28 tahun lalu adalah hari kehidupan. Subuh yang disanggah oleh fajar, adik pertama saya memulai tangisanya. Tak seperti saya yang mungil, kata ibu anak kedua ini lahir bongsor dan dengan susah payah ibu mengejang mengikuti perintah dukun beranak untuk mebuatnya brojol. Tak banyak yang kuingat pada moment itu hanya frame ada dukun yang tergopoh-gopoh datang, ayah yang mempertahankan lampu petromax tetap menyala dan api ungggun di kolong rumah untuk mengusir roh-roh jahat yang datang bersama kelahiran.

Saya dan dia saling mencintai dengan cara yang aneh. Tak pernah terungkap dengan kata-kata, perhatian kami hanya berlangsung sepi, dan rasa rindu berjalan senyap. Namun banggaku datang diam-diam bersama setiap apa yang dia capai dalam hidup. Setiap gol yang di buat klub pesawat yang disayanginya membuatku ingin memberi tahu dunia kalau dia adik saya. Setiap jalan yang dia lalui tak pernah tanganku benar-benar terulur membantu atau menuntunya, kubiarkan saja dia menyelesaikan dengan caranya biar dia tegar menghadapi dunia begitu menurutku. Dan kupikir saya punya banyak waktu untuk menyanggahnya kelak jika dia benar-benar tersuruk.

Hahhh...tapi takdir menjemputnya dengan cara yang paling tak terduga, kali ini di senja yang selalu menjadi latar dari puisi-puisinya. Tak ada air mataku tapi perihnya menyisakan luka bukan karena kepergianya yang begitu cepat tapi karena cinta yang pernah terungkap dan sesal yang datang karena tak pernah ada yang cukup berarti pernah kubuat untuk hidupnya. Hanya saya tahu kalau dia sadar, begitu aku dan tentu kami menciantainya sebesar cintanya padaku dan kami.

Berjalanlah. jemput bahagaiamu tanpa lelah, hanya doa yang menyertaimu dari kami yang pernah beririsan denganmu dan Jikalau ada kehidupan selanjutnya aku ingin tetap ingin jadi kakakmu dan benar-benar kakak..

Mengenangmu Mardan Herik (23 April 1983)