Jumat, 22 April 2011

JEMPUT BAHAGIAMU


Seharusnya kita mengapreseasi kematian sebagaimana kehidupan, bukankah dia adalah dua sisi yang tak terpisah. Kita tak akan menemukan koin tanpa dua sisi.

(pengantar Buku buterfly greenxenos yang terbit tanpa pernah dilihat oleh penulisnya)

Hari ini saya tidak bercerita tentang kematian, karena hari ini tepatnya 28 tahun lalu adalah hari kehidupan. Subuh yang disanggah oleh fajar, adik pertama saya memulai tangisanya. Tak seperti saya yang mungil, kata ibu anak kedua ini lahir bongsor dan dengan susah payah ibu mengejang mengikuti perintah dukun beranak untuk mebuatnya brojol. Tak banyak yang kuingat pada moment itu hanya frame ada dukun yang tergopoh-gopoh datang, ayah yang mempertahankan lampu petromax tetap menyala dan api ungggun di kolong rumah untuk mengusir roh-roh jahat yang datang bersama kelahiran.

Saya dan dia saling mencintai dengan cara yang aneh. Tak pernah terungkap dengan kata-kata, perhatian kami hanya berlangsung sepi, dan rasa rindu berjalan senyap. Namun banggaku datang diam-diam bersama setiap apa yang dia capai dalam hidup. Setiap gol yang di buat klub pesawat yang disayanginya membuatku ingin memberi tahu dunia kalau dia adik saya. Setiap jalan yang dia lalui tak pernah tanganku benar-benar terulur membantu atau menuntunya, kubiarkan saja dia menyelesaikan dengan caranya biar dia tegar menghadapi dunia begitu menurutku. Dan kupikir saya punya banyak waktu untuk menyanggahnya kelak jika dia benar-benar tersuruk.

Hahhh...tapi takdir menjemputnya dengan cara yang paling tak terduga, kali ini di senja yang selalu menjadi latar dari puisi-puisinya. Tak ada air mataku tapi perihnya menyisakan luka bukan karena kepergianya yang begitu cepat tapi karena cinta yang pernah terungkap dan sesal yang datang karena tak pernah ada yang cukup berarti pernah kubuat untuk hidupnya. Hanya saya tahu kalau dia sadar, begitu aku dan tentu kami menciantainya sebesar cintanya padaku dan kami.

Berjalanlah. jemput bahagaiamu tanpa lelah, hanya doa yang menyertaimu dari kami yang pernah beririsan denganmu dan Jikalau ada kehidupan selanjutnya aku ingin tetap ingin jadi kakakmu dan benar-benar kakak..

Mengenangmu Mardan Herik (23 April 1983)

Tidak ada komentar: