Rabu, 04 April 2012

Jodohmetrika

Ayah saya pada suatu siang yang benderang tiba-tiba nyeletuk_mungkin beliau lagi dirundung risau melihat bujangnya ini tak kunjung menikah_. "Menemukan jodoh  itu sembilan puluh persen  urusan nekad" katanya,  setengah bergurau.  saya tak paham apa yang di maksud beliau tentang nekad. Saya coba menafsirkan tidak perlu banyak timbang-timbang, abaikan rasionalitasmu dan tabrak semua penghalangnya. Ataukah itu hanya kata provokatif, yang emosional dan mengabaikan kalkulasi matematis yang selama ini menjadi fatsoen berpikiranya_  ayah saya seorang guru fisika_ karena di dorong kegalauan.


Dalam frasa kita  untuk urusan jodoh, masyarakat mengunakan kata menemukan jodoh bukan menentukan jodoh.. Menemukan berkonotasi, ada sesuatu yang menggantung, berselimut kabut, misterius  tapi niscaya adanya, Dan kita di minta mencarinya, seolah-olah kita sedang bermain petak umpet. Dia sebenarnya ada dan milik kita semenjak lahir atau semenjak ajali, tapi sedang berada disuatu tempat yang kita diminta menemukanya.


Keriuhan cerita tentang mereka yang beretemu pasanganyapun tak kalah seru. Ada pasangan undangan sudah di cetak. janur kuning sudah terpasang,  penghulu sudah menyiapkan buku nikah, tiba-tiba sang kekasih pada malam sebelum akad,  di bawah kabur pacar lamanya, atau ada pasangan yang bertemu di bar, mabuk bersama dan berakhir di altar pendeta 2 jam kemudian. Ada yang sudah memaduh kasih sembilan tahun,  tak jadi kawin karena di sudah dijodohkan semenjak dalam kandungan dengan anak  rekan bisnis ayahnya.  Atawa pasangan bertemu di bis kota, kenalan dan seminggu kemudian menghadap penghulu. Atau pasangan yang bertemu di pos ronda di saat hujan, kedinginan, bercinta lalu hamil dan menikah. Ada pula pasangan yang telah kelelahan membangun impian bertahun-tahun, tak jadi menikah karena lelakinya terlampau melarat untuk membiayai pesta pernikahan. Dan kegaduhan lainya, yang anda pun dapat menambah daftarnya.

Kata Jodohpun sebenarnya mengandung teka-teki. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dia diartikan pasangan suami istri atau sesuatu yang cocok di pasangkan.  kalau demikian ijab kabul adalah ikrar kita pada dunia bahwa kita telah menemukan jodoh.  Lalu apa itu perceraian, sudah tidak berjodohkah ?  atau maaf kita pernah berjodohkah
? Atau itu jodoh pertama saya_ kalau kita melakukan lebih dari satu kali ijab kabul  ?. Jika Demikian, jodoh  adalah pertanyaan yang makin bersimpang.

Mungkin tidak ada yang namanya jodoh, dia adalah kata abstrak yang kita konstruksi untuk kepentingan pragmatis  sosial. Dia adalah naga yang kita ciptakan dalam dunia fantasi kita buat dongeng anak-anak atau agar hidup lebih sedikit berwarna. Jodoh menjadi semisterius naga, yang kata para tetuah tinggal di atap gunung dan kadang kita butuh pendakian yang lelah untuk menemukannya. Setelah sampai kita hanya menemukan singa, ular dan elang, yang kita satukan dalam pikiran kita. Lalu kita memilih untuk menumpang elang, ular  atau singa untuk kembali kebumi.

Misteri  rupanya  menempati ruang luas untuk  urusan jodoh. Ia adalah takdir dengan sedikit sentuhan kreatifitas akal dan  kerja yang terbatas. Rumusnya juga terlihat tumpang tindih, mungkin tak ada yang benar-benar baku. Setiap orang menemukan aritmetikanya sendiri, konvergensi antara rasionalitas dan pengalaman empiris yang terprivatisasi. Untuk itu mungkin lahir ramalan jodoh, agar kita mendapatkan sedikit tuntunan.

Tapi jodoh  sebagaimana ruang 7 dimensi dari Enstein telah menempati ruang sosial kita , maka kita dapat memberi peluang bagi matematika bekerja untuk melakukan pendekatan.  jodoh adalah diferensial dari sigma kreativitas pengetahuan, kerja keras dan  cinta dibagi harta di kali constanta C.
Jodoh adalah lelucon paling menggelikan yang di turunkan Tuhan.

NB : 1. Tambahan  untuk kamus besar bahasa Indonesia,  jodoh  adalah cinta yang kita simpan untuk seseorang dengan utuh, meskipun kita mengikrakan hidup dengan orang lain.
        2. Dalam rangka hari ibu.. "Menemukan ibu untuk anak-anaku"


WR.. 22 Desember 2010


Tidak ada komentar: